catatan kecil perjalanan
rekonvasi bhumi
Pendahuluan
Lembaga
Swadaya Masyarakat Rekonvasi Bhumi (rebhumi), lahir di era ketika negeri ini
dirasuki semangat untuk memperbaiki semua system, semua pola pikir, semua
prilaku pengelolanya, era yang kemudian dikenal sebagai era reformasi. Di akhir
tahun 1998 oleh sekelompok lelaki yang sebagian diantaranya adalah
pengangguran, ada yang memang bagian krisis ekonomi saat itu, ada sarjana yang
baru lulus dan belum jelas juntrungannya, ada yang sudah lama tetapi masih
belum memiliki pekerjaan tetap.
Bisa
jadi alasan utama yang mengikat kami semua untuk membentuk rebhumi adalah
banyaknya waktu yang kami miliki, saat itu dan bingung untuk
memanfaatkannya. Bisa jadi kami juga hanya
ikut-ikutan, karena pada era itu lembaga swadaya masyarakat atau organisasi
masyarakat mendapatkan kepercayaan yang luar biasa dari masyarakat bahkan
lembaga-lembaga donor, sementara disisi lain kepercayaan terhadap pemerintah
berada dititik terendah.
Namun
apapun alasan kami membentuk rebhumi saat itu, pada 13 Desember 2015 ini
perjalanan menembus rentang waktu itu sudah dilakoni selama tujuh belas tahun. Perjalanan yang tak bisa dikatakan pendek
untuk upaya melestarikan lingkungan hidup, agar tak pernah kehilangan fungsinya
untuk mendukung keberlanjutan kehidupan manusia, meskipun tentu kita tak akan
pernah bisa menghindari takdir tentang “hari
akhir” sebagai kehancuran sempurna kehidupan, tetapi sebelum saat itu tiba
paling tidak kita semua tidak menciptakan atau memiliki andil kehancuran
kehidupan dari apa yang diputuskan dan dilakukan.
Lingkungan
hidup, issu yang menjadi tekad dan platform rebhumi
sejak
didirikan, seperti pesan yang disampaikan oleh salah satu pembina, Ir. H. Setia
Hidayat “bagaimana
caranya kita melestarikan lingkungan hidup dan hidup dari lingkungan hidup”. Sebuah filosofi yang butuh lebih dari satu
dasawarsa untuk memahaminya dan bukan perkara mudah untuk
mengimplementasikannya, karena dibutuhkan semangat, idealisme dan konsistensi
untuk selalu teguh dan tegar dalam menjalankan prinsip, visi dan misi rebhumi,
meskipun pilihannya adalah lapar.
Untuk mereposisi kembali semangat dan pemikiran yang mulai usang
itu, untuk mengingatkan kembali alasan rebhumi itu dibentuk maka untuk
kali pertama peringatan pembentukan rebhumi itu dikemas dalam bentuk
yang berbeda, tidak lewat begitu saja bersama angin, mulai dari tasyakuran di
secretariat sampai dengan kunjungan ke komunitas masyarakat adat Badui di Desa
Kanekes, masyarakat yang kita kenal sangat menjaga prinsip-prinsip konservasi
dan keseimbangan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan kepada mereka
kita belajar, sambil melakukan proses menolak lupa, mereview apa yang sudah
dilakukan dan apa yang harus dilakukan dimasa-masa yang akan datang, semua
dilakukan dengan niat untuk dapat berkarya lebih baik.
Perjalanan di Rentang Waktu
Ingatan perjalanan di rentang waktu tujuh belas tahun lalu itu,
dimulai dari ruang kontrakan berukuran lima meter persegi di gang kecil di
Kompleks P dan K Penancangan Kota Serang, ruang yang kecil dan terasa sesak
ketika para pendiri berkumpul untuk sekedar berdiskusi sambil minum kopi, karena
bercampur dengan meja kerja sederhana dan buku-buku, tak ada koridor yang
membatasi pikiran kami dalam berdiskusi, karena sejatinya kami tidak paham
dengan issu lingkungan dan tak bercita-cita akan jadi apa rebhumi itu kelak, hingga diskusi seperti mencoba memegang bola liar yang
memantul dari dinding ke dinding bahkan lepas ke udara, hingga diskusi kerap
berakhir tanpa konklusi.
Ketika roda organisasi yang nyaris tak berbentuk itu bergerak
secepat pergerakan siput, atau bahkan lebih pelan lagi. Kami dipertemukan dengan orang-orang yang
menggugah pemikiran tentang apa sebenarnya manfaat dan fungsi dari lembaga non
pemerintah itu, manfaat dan fungsi yang sebenarnya tak jauh berbeda dengan
lembaga-lembaga pemerintah, hanya bedanya kami harus membiayai diri kami
sendiri termasuk ketika menjalankan program-program sebagai bagian dari upaya
mempertahankan lingkungan hidup dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Mereka itu adalah Drs. H. Nana Sugana (Kabag Humas Setda Kabupaten
Serang kala itu), Ir. H. Setia Hidayat, Ir. H. Ehat Mahatma, Drs. Aman Sukarso,
Prof. Dr. Herman Haeruman., MF, HD. Munandar., Hutomo Dananjaya, Budi Purwanto
dan Ari Stuali serta Kurdi Matin pada beberapa tahun terakhir ini, kecuali
Bapak Drs. H. Nana Sugana almarhum, yang merasa tidak layak menjadi Pembina rebhumi mereka semua diminta untuk terus membina kami dan beberapa diantaranya
membina kami sampai akhir hayatnya.
Dalam kesempatan lain kami meminta arahan dan petunjuk dari
orang-orang yang kami anggap lebih paham dari persoalan yang kami hadapi, mereka
adalah Ir. H. Farchi Fathoni, Ir. H. Anang Mulyana, Ir. H. Babar Suharso, Dr.
Satyanto K Saptomo, Beria Leimona, Phd dan Tubagus Najib, serta almarhum Ir.
Sukarno dan H. Mas Santoso ketika mereka masih hidup, yang kemudian menjadi
staf ahli rebhumi.
Nama-nama tersebut di atas, adalah bagian penting dari perjalanan
rentang waktu rebhumi selama tujuh belas tahun,
nama-nama yang tak berharap apapun selain kami untuk tetap menjaga konsistensi rebhumi dalam pemikiran, sikap dan perbuatan untuk tetap dengan sejalan
semangat, visi dan misi pembentukannya serta tetap didalam batas-batas yang disepakati,
yang terbentuk dan terbangun selama perjalanan.
Bagian Lingkungan Hidup Setda Kabupaten Serang kala itu dan dari
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung, adalah lembaga-lembaga
pertama yang memberikan dorongan untuk kami bisa berdiri lebih tegak dan
berjalan lebih jauh, hingga kami bisa beranjak dari ruang kontrakan yang
semakin lama semakin sumpek itu ke secretariat yang lebih layak, phase berat
itu dilalui kurang lebih dalam tiga - empat tahun pertama.
Ada peristiwa menarik pada periode tiga – empat tahun pertama setelah
pembentukan rebhumi, kami memperkarakan
Pemerintah Kabupaten Serang ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) atas
kebijakan penambangan pasir laut. Itu
merupakan upaya kami untuk mendorong sikap kehati-hatian pemerintah dalam membuat
kebijakan yang terkait dengan eksploitasi sumber daya alam, dengan belajar dari
pengalaman daerah-daerah lain. Hal yang
menarik ketika proses itu berlangsung beberapa teman-teman pemerintah yang
biasanya akrab, tetiba seperti menjauh dan takut menjadi teman kami. Padahal Bupati Kabupaten Serang kala itu,
almarhum Drs. H. Bunyamin menawarkan bantuan untuk pembangunan secretariat rebhumi. Ada penyataan menarik
dari Drs. H. Bunyamin saat itu terkait dengan penolakan kami atas bantuan
Pemerintah Kabupaten Serang untuk pembangunan secretariat kami, “Bunyamin sebagai Bupati dan ente sebagai
direktur rekonvasi, boleh berbeda cara pandang dan sikap dalam menilai
kebijakan, tetapi Bunyamin sebagai Bupati adalah milik semua rakyat Kabupaten
Serang, termasuk ente”, statemen yang luar biasa dan menunjukan kapasitas
beliau sebagai politikus dan pemimpin.
Diawali oleh Bagian Lingkungan Hidup Setda Kabupaten Serang kala
itu dan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung diawal
tahun pendirian, rebhumi kemudian mulai dikenal
khalayak, dilibatkan dalam berbagai lembaga yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan di tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional dan bekerja sama
dengan lembaga-lembaga donor dan penelitian untuk berbagai inisiasi yang
terkait dengan pelestarian lingkungan, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Difasilitasi GTZ-smcp, mendapatkan kesempatan belajar tentang
lembaga keuangan alternative pengelolaan hutan lestari, di Costarica Amerika
Tengah, setahun difasilitasi Bapenas belajar tentang Integrated Water Resource Management (IWRM) di Queensland
University Bribande Australia.
Bekerja sama dengan LP3ES dan IIED, membangun dan mengembangkan
hubungan hulu-hilir dengan mekanisme transaksi jasa lingkungan di DAS Cidanau,
mekanisme yang sudah berjalan hamper lima belas tahun dan menjadi referensi
pengelolaan jasa lingkungan tidak saja di Indonesia tetapi juga di Asia Tengah
dan Tenggara, bahkan beberapa Negara dari Afrika.
Bekerja sama dengan ICRAF (World Agro Centre), melakukan beberapa
penelitian yang terkait dengan penguatan mekanisme jasa lingkungan, penelitian
yang terkait dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di DAS Cidanau,
Lampung Barat dan Sulawesi Tengah.
Bekerja sama dengan PT. Apexindo Duta Pratama, Tbk., PT. Pratama
Abadi Industri dan PT. Asahimas Chemical, melakukan upaya pelestarian hutan
mangrove di pesisir Teluk Banten.
Bekerja sama dengan PT. Tirta Investama dan Dow Indonesia,
membangun fasilitas sarana air bersih dan sanitasi di beberapa desa di wilayah
Kabupaten Serang, jumlah kepala keluarga yang sudah menikmati hasil pembangunan
sarana air bersih dan sanitasi ± 5.000 kepala keluarga.
Bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan PT. Apexindo
Duta Pratama, Tbk., melakukan upaya pelibatan masyarakat untuk pelestarian padang
lamun (sea grass) dan terumbu karang,
rehabilitasi terumbu karang menggunakan metoda transplantasi dan artificial
reef.
Bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Serang dan Provinsi,
melakukan berbagai upaya konservasi dan penguatan kelembagaan masyarakat di
kawasan DAS Cidanau.
Pengelolaan terpadu DAS dan mekanisme jasa lingkungan di DAS
Cidanau yang dianggap beberapa kalangan sebagai contoh yang berhasil dan baik,
telah mendorong beberapa pihak di level nasional untuk melibatkan Rebhumi dalam
Forum DAS Nasional dan Masyarakat Konervasi Tanah Indonesia (MKTI), dua lembaga
di tingkat nasional yang secara aktif memberikan masukan ke pemerintah terkait
dengan pengelolaan DAS di Indonesia, termasuk terlibat dalam pembahasan
beberapa RUU dan RPP yang terkait dengan pengelolaan DAS.
Hal tersebut di atas adalah kegiatan-kegiatan rebhumi dalam mengisi rentang waktu perjalanan dalam kurun waktu tujuh
belas tahun, tidak bergitu banyak memang tetapi kami selalu berharap sebesar apapun
upaya yang kami lakukan, selalu ada manfaatnya bagi upaya pelestarian
lingkungan secara keseluruhan, baik bagi ekosisstem itu sendiri maupun bagi
upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Mengenang
Perjalanan
Prosesi mengenang perjalanan tujuh belas tahun rentang waktu rebhumi dimulai dengan acara tasyakuran, sebagai ungkapan rasa atas semua
rizki, lindungan dan lindungan kepada kami dari Sang Maha Pengasih, Maha
Pencipta dan Maha Mengetahui, sehingga kami bisa bertahan selama tujuh belas
tahun dari terpaan badai, godaan dan tekanan.
Dalam kesempatan tersebut acara mengenang perjalanan diisi dengan
petuah-petuah dari Dewan Pembina yang diwakili oleh Drs. H. Aman Sukarso dan
Ari Stuali, arahan Staff Ahli yang diwakili oleh Ir. H. Babar Suharso, Harry
Soerja Sapoetra Direktur Ekowisata dan Budaya rebhumi, sambutan Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Serang dan diakhir dengan tauziah dari Uztad Anwar
dari Kasemen.
Dalam kesempatan memberikan petuahnya Drs. H. Aman Sukarso,
menyampaikan ucapan selamat atas tujuh belas tahun perjalanan rebhumi dan meminta untuk tetap konsisten dengan idealisme yang selama
ini dipegang. Sementara Ari Stuali dalam
kesempatan memberikan petuahnya menyampaikan, bahwa dengan perjalanan tujuh
belas tahun, dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun rebhumi adalah lembaga yang fundamental tidak seperti kebanyakan lembaga
sejenis lainnya, tanamkan fanatisme corp agar organisasi dapat tetap
eksis. Harapan sebagai Pembina adalah rebhumi bukan hanya sebagai penggerak lingkungan hidup di Serang, Cilegon
dan Banten saja, sudah saatnya melanglang-buanakan kiprahnya kearah mana saja,
tetap konsisten dan focus serta tidak-tidak terbawa-bawa dengan kegaduhan
politk.
Dalam kesempatan tersebut Ir. H. Babar Suharso, menyampaikan bahwa
acara tasyakuran tujuh tahun rebhumi disamping menjadi ajang
silaturahmi juga menjadi landasan agar karya yang sudah ada dan telah
dilaksanakan menjadi landasan untuk rebhumi menjadi lebih baik dimasa
yang akan dating, dari bukan apa-apa dimasa lalu menjadi togak pengabdian untuk
lingkungan dan masyarakat dimasa-masa yang akan datang.
Dalam kesempatan sambutannya Kepala Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Serang, Ir. H. Irawan Noor, menyampaikan selamat kepada rebhumi atas tujuh belas tahun perjalanannya, dan berharap rebhumi dapat terus berkarya dan berbuat bagi lingkungan dan masyarakat
di Kabupaten Serang dan menjadi mitra sinergi dari BLH Kabupaten Serang untuk
upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Serang dan Banten pada
umumnya.
Dalam kesempatan sambutannya Harry Soerja Sapoetra, rebhumi diharapkan mampu melakukan gerakan-gerakan yang lebih nyata dan
mengembangkan kegiatan-kegiatan lainnya terutama yang berkaitan dengan
ekowisata dengan melakukan kerjasama dengan pemeritah, mapun lembaga atau badan
yang mendukung hal tersebut.
Prosesi mengenang perjalanan tujuh belas tahun rentang waktu rebhumi dengan acara tasyakuran, selesai pada pukul 12.00 WIB, acara
kemudian dilanjutkan dengan makan siang dan foto bersama.
Setalah acara tasyakuran, acara dilanjutkan dengan perjalanan ke
lokasi komunitas masyarakat adat Badui di Kampung Gazeboh Desa Kanekes
Kabupaten Lebak, acara ini diikuti oleh 54 orang peserta, termasuk dua orang
anak-anak dengan usia di bawah 10 tahun.
Dengan asal peserta disamping kerabat bhumi, juga staff Kementerian LHK,
pejabat dan staff dari pemerintah, lembaga funding
dan mitra kerja penelitian, dosen, dokter, wartawan, sahabat rebhumi yang diantaranya berprofesi
sebagai pedagang pulsa kecil-kecilan di Sumur Bor. Hanya sayang beberapa peserta membatalkan
untuk bergabung disaat-saat terkahir, karena hal yang tidak bisa dihindarkan,
diantara Ir. Saritomo, Direktur Pengembangan Usaha PT. Krakatau Tirta Industri,
Dian Widjanarti dan Arunika Anggradewi dari Dow Indonesia.
Agenda perjalanan ke lokasi komunitas masyarakat adat Badui di
Kampung Gazeboh Desa Kanekes Kabupaten Lebak, diisi dengan penyerahan plang
himbauan untuk wisatawan tidak membuang sampah di wilayah masyarakat ada,
penanaman tujuh belas batang bibit pohon sukun dan ramah tamah. Acara berlangsung sampai dengan minggu sore,
13 Desember 2015 dan selanjutnya kembali ke Serang.
Ucapan
Terima Kasih
Berjalan dengan lancarnya agenda perjalanan meretas rentang waktu rebhumi selama tujuh belas tahun tidak terlepas dari dukungan seluruh
kerabat bhumi, mulai dari inisitor, panitia pelaksana dan para donator.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tinggi, dengan disertai do’a semoga apa yang sudah dilakukan menjadi
kebaikan untuk kita semua.
Secara khusus ungkapan tersebut disampaikan kepada:
1.
Ir. H. Irawan
Noor Kepala
BLH Kabupaten Serang;
2.
Ir. H. Hudan
Basyaruddin Kabid
Konservasi BLH Kabupaten Serang;
3.
Ir. Saritomo Direktur
Pengembangan Usaha KTI;
4.
Asep Mulya
Hidayat Kabid
Holtikultura Dinas Pertanian Banten;
5.
Ari Stuali Pembina;
6.
Drs. H. Aman
Sukarso Pembina;
7.
Drs. H. Kurdi
Matin Pembina;
8.
Ir. H. Farchi
Fathoni Staff
Ahli;
9.
Ir. H. Anang
Mulyana Staff
Ahli;
10. Ir. H. Babar Suharso Staff
Ahli;
11. Agus Setiawan Ketua
Yayasan Bhumi Selaras;
12. Ade Prayasta Rahadian Direktur
Pemberdayaan Masyarakat;
13. Harry Soeja Sapoetra Direktur
Ekowisata dan Budaya;
14.
Andi Suhud Direktur Pendidikan & Kampanye Lingkungan
15. Ahmad Mushowwir Kerabat
Bhumi
16. Anton Haryo Kerabat
Bhumi
17. Rahmat T Kusnandar Kerabat
Bhumi
18. Tatang Sukarta Kerabat
Bhumi
19. Sakti Wibowo Kerabat
Bhumi
20. Yugo Aji Pangestu Kerabat
Bhumi
21. Bambang Mulyana Kerabat
Bhumi
22. Yani Setyamaulida Kerabat
Bhumi
23. Bobby Erlangga Kerabat
Bhumi
24. Andi Sukman Kerabat
Bhumi
25. Utang A Madjis BP
DAS Citarum - Ciliwung
26. Rizki dan teman-teman Mahasiswa
27. Musung dan masyarakat Gazeboh
Tubagus Nurhidayatullah dan
istri, Laila Nur, Farid dari Eiger, dr. Malik dan seluruh partisipan dan
peserta yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penutup
Perjalanan
meretas rentang waktu rebhumi selama tujuh belas tahun tak bisa dikatakan waktu yang singkat,
masih diperlukan semangat, niat dan kerja keras untuk kita merealiasasikan
tanah, air dan udara yang layak untuk kita gunakan bagi keberlanjutan
kehidupan, untuk menghadapi tekanan yang kian hari mungkin akan semakin berat
untuk kita hadapi.
Menjadi
pekerja social yang bergabung dengan lembaga swadaya masyarakat, khususnya rebhumi, tidak perlu harus berkelahi
dengan siapapun ketika menghadapi kebijakan dan perilaku yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip lingkungan hidup, tetapi bagaimana caranya siapapun yang
melakukan itu akan mempertimbangkan ulang untuk mengulanginya, dengan melihat
apa yang kita lakukan.
Kehidupan
memang tidak bisa dihentikan tanpa kehendak Sang Pemilik Kehidupan, tetapi
menjadi keseimbangan agar lingkungan hidup tetap mampu menjadikan fungsinya
adalah kewajiban kita semua.
Terima
kasih dan semoga kita semua selalu dalam petunjuk dan lindungan NYA.
Serang, Desember 2015
Lembaga Swadaya
Masyarakat
Rekonvasi Bhumi
Direktur Eksekutif
No comments:
Post a Comment